Monday, November 17, 2014

SUBJECT VERB AGREEMENT


Basic Rule
·         Sebuah kalimat terdiri dari : Subject + Verb
·         Subject tunggal membutuhkan Verb tunggal
·         Subject jamak membutuhkan Verb jamak

Rule #1 : Indefinite Pronouns
Ø  everyone, everybody, anyone, no one
Subject nya selalu tunggal, maka dibutuhkan verb  yang tunggal pula
Ø  .. is
Ø  .. has

Rule #2 : together with, as well as, and, along with
·         together with, as well as,  along with beda dengan “and”
·         jangan terkecoh dengan subject yang dekat verb.
·         Tetap focus pada subject awal

Rule #3 : Subject separated from the verb
·         Subject nya terpisah jauh
·         Subject dan verb dipisahkan oleh penjelasan subject

Rule #4 : pronouns of adjective clause
Ø  Which, who, that
·         Ketiga kata tersebut menjadi tunggal atau jamak tergantung noun yang mengikuti
·         Dilanjutkan dengan verbnya

Rule #5 : Either + Or ; Neither + nor
Ø  Either my father or my brothers are ……
·         Verb yang digunakan tergantung subject  paling dekat
·         Either Neither saja verb nya selalu tunggal untuk subject apapun

Rule #6 : Pseudo Subject
Ø  There , Here
·         Merupakan subject bayangan
·         Subject sesunggunya adalah setelah verb

Rule #7 : Third party singular
Ø  He, She, it
·         Untuk present, verb nya diakhiri “s”
Ø  She teaches English
Rule #8 : words end with “-s”
Ø  Singular : mathematics, diseases (rabies, measles), games (cards, darts, dominoes)
·         Meskipun terlihat jamak, verb nya harus tunggal

Rule #9 : fractional expressions
Ø  Half of, a percentage of, a part of
·         Verb mengikuti subject setelah preposition “of”
Ø  50% of the pie has disappeared

Rule #10 :  negative and positive subject
Ø  The dept. members but not the chair, have decided
·         “..but not the chair” bukanlah subject. Hanya pelengkap

Rule #11 : sum of money and periods
Ø  Ten dollars is a high price
·         Meskipun berakhiran –s waktu dan uang selalu menggunakan verb tunggal

COLLECTIVE NOUNS

In linguistics, a collective noun is a collection of things taken as a whole. For example, in the phrase "a pride of lions", pride is a collective noun.
Most collective nouns in everyday speech for example , such as "group", are mundane and are not specific to a kind of object. For example, the terms "group of people", "group of dogs", and "group of ideas" are all correct uses. Others, especially words belonging to the large subset of collective nouns known as terms of venery (words for groups of animals), are specific to one kind of constituent object. For example, "pride" as a term of venery refers to lions, but not to dogs or cows.

Saturday, November 15, 2014

Bukti - bukti Tertulis Kerajaan Majapahit

1. Prasasti Taji Gunung (910 M)
Berisi tentang penyebutan dewa-dewa dengan “Om, Namassiwaya namo Buddhaya”. Artinya “Selamat, bakti kepada Siwa dan Buddha.
2. Prasasti Sutamrta (1296 M)
Pada lempeng Xa baris ke-dua dan ke-tiga nama dewa disebut “Sri Maharaja, apan Sira Prabu dewa murti, wirinci narayana santaratma”. Artinya “Sri Maharaja, karena beliau adalah seorang raja penjelmaan dewa, yaitu Wirinci (Brahma), Narayana (Wisnu), Sankara (Siwa).
3. Prasasti Singhasari (1351 M)
Berbunyi “komaktan . paduka bhatara sang lumah ring siwa Buddha” yang artinya sang paduka sudah bersatu dengan siwa Buddha.
4. Prasasti Kudadu (1294 M)
Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepala desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.
5. Prasasti Waringin Pitu (1447 M)
Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha,  Bhre Kahuripan,  Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi, Bhre Matahun,  Bhre Tumapel,  Bhre Jagaraga,  Bhre Tanjungpura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling, dan Bhre Kelinggapura.
6. Prasasti Canggu (1358 M)
Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan di Bengawan Solo.
Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M).
Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.
7. Kitab Pararaton, isinya sebagian besar cerita mitos atau dongeng tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Selain itu, juga diceritakan tentang Jayanegara, pemberontakan Ranggalawe dan Sora, serta peristiwa Bubat 
8. Kitab Sotasoma, karangan Empu Tantular. Isinya tentang riwayat Sotasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Buddha. Ia bersedia mengorbankan dirinya untuk kepentingan semua makhluk yang ada dalam kesulitan. Oleh karena itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam Kitab ini terdapat ungkapan yang berbunyi; "Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa", yang kemudian dipakai sebagai motto Negara kita.
9. Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya. Isinya menceritakan tentang raksasa Kunjarakarna yang ingin menjadi manusia. Ia menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Oleh karena taat kepada agama Buddha, akhirnya apa yang diinginkannya terkabul.
10. Kitab Parthayajna, juga tidak diketahui pengarangnya. Isinya tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu, yang akhirnya mereka mengembara di hutan.